Thursday, 06 Feb 2025
  • Disinilah lahirnya para penghafal al-Qur'an yang fasih & rasikh
  • Disinilah lahirnya para penghafal al-Qur'an yang fasih & rasikh

Kedatangan Santri Baru Tahun Ajaran 2024/2025

PESANTREN IBNU SYAMPada hari Ahad, 21 Juli 2024 Pesantren Ibnu Syam melaksanakan kegiatan penyambutan santri baru Pesantren Ibnu Syam Tahun Ajaran 2024/2025. Kegiatan penyambutan dimulai dari jam 08.00 – 12.00 WIB, seluruh santri baru bersama Walisantrinya melakukan pendaftaran ulang di Gedung Kantor Pesantren Ibnu Syam 2 untuk putra dan Mushola Putri Pesantren Ibnu Syam 2 untuk putri.

Pada jam 13.00 WIB di Aula Putra Pesantren Ibnu Syam 2, seluruh Walisantri baru berkumpul untuk mengikuti Forum Walisantri (FORWAS) yang diadakan oleh pesantren dan dihadiri oleh Pimpinan dan Kepala Unit. Dalam acara tersebut, Pimpinan Pesantren Ibnu Syam, Dr. KH. Ahmad Slamet Ibnu Syam, Lc., M.A., memberikan sambutan yang amat mendalam mengenai:

BACA JUGA: Kedatangan Santri Baru TP. 2023/2024

Cara agar Suskes Mendidik Anak Menjadi Penghafal Qur’an di Pesantren

1. Perjuangan dan Pengorbanan dari Wali Santri

Wali santri dari para penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan warisan berupa kitab Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Fatir ayat 32:

ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَـٰبَ ٱلَّذِینَ ٱصۡطَفَیۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ

Artinya: “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, ….”

Allah SWT tidak memilih hamba-hamba-Nya dari tinggi jabatan atau kelimpahan hartanya, melainkan Allah SWT memilih mereka karena memiliki ciri yaitu adanya ketakwaan di hatinya.

Setelah menjadi orang-orang pilihan-Nya, Allah SWT menyebutnya sebagai keluarga-Nya, sebagaimana penjelasan dalam hadits nabi berikut ini:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ فَقِيلَ مَنْ أَهْلُ اللَّهِ مِنْهُمْ قَالَ أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mempunyai banyak keluarga dari kalangan manusia,’ maka timbullah pertanyaan kepada beliau, ‘Siapakah keluarga Allah dari kalangan mereka?’ beliau bersabda: ‘Ahli Qur`an adalah ahli Allah dan orang-orang khusus-Nya,” (HR Ahmad).

Selanjutnya, jika seseorang telah menjadi keluarga Allah SWT, maka cara yang dapat ia lakukan adalah menjaganya dengan cara bersyukur kepada Allah SWT.

Seperti apa langkah yang dapat dilakukan oleh para penghafal Al-Qur’an dan juga Walisantrinya?

Dr. Slamet melanjutkan potongan ayat dari surat Fatir ayat 32 di atas:

فَمِنۡهُمۡ ظَالِمࣱ لِّنَفۡسِهِۦ وَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدࣱ وَمِنۡهُمۡ سَابِقُۢ بِٱلۡخَیۡرَ ٰ⁠تِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ ذَ ٰ⁠لِكَ هُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡكَبِیرُ

Artinya: “… Lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.”

“Bersyukur itu tidak cukup dengan lisan, tapi juga dengan perbuatan,” kata Dr. Slamet Pimpinan Pesantren Ibnu Syam.

Maksud dari penjelasan di atas yaitu, bahwasanya ketika wali santri menginginkan senantiasa terjaganya, ia menjadi keluarga Allah SWT, tidak cukup dengan menyuruh anak agar menghafal atau ibadah lainnya, namun mereka sendiri tidak.

Potongan terakhir surat Fatir di atas menjelaskan bahwasanya, seseorang yang diberikan kenikmatan besar berupa kitab Allah SWT, namun jika tidak dibarengi dengan syukur, maka ia zalim pada diri sendiri.

Maka praktek yang dapat Walisantri lakukan yaitu senantiasa dalam ketaatan sebagaimana yang anaknya lakukan di pesantren.

Dr. Slamet juga tahadduts bin ni’mah (menceritakan kenikmatan dengan tujuan mengajak orang lain agar ikut melaksanakan juga), bahwasanya, ibunya beliau Hj. Suherawati Aziz, ketika Dr. Slamet menuntut ilmu di pesantren. Ibundanya tidak hanya mengirimkan materil saja, tetapi juga senantiasa melaksanakan morilnya, dengan cara puasa Senin, Kamis, sholat tahajud, dhuha, dan lainnya.

Alhamdulillah wasilahnya dari kesungguhan seorang anak dan Walisantri. Allah SWT mudahkan Dr. Slamet paham dan mendapatkan ilmu yang berkah. Karena hakikatnya tanggung jawab mendidik anak bukanlah dari para guru saja, melainkan tanggung jawab orang tua juga. Yaitu dengan menciptakan kurikulum, karakter, dan lingkungan Al-Qur’an di rumah serta keluarganya masing-masing.

Itulah cara yang harus selaras antara usaha anak dan juga Walisantrinya untuk mencetak Generasi Penghafal Qur’an.
Dr. Slamet menyampaikan pesan kepada semuanya, khususnya para Walisantri, sebagaimana berikut ini:

“Kita sudah dipilih sama Allah SWT, maka ayo perbaiki hubungan kita dengan Al-Qur’an, membacanya dengan khusu’, belajar, mentadabburi, hingga mengamalkannya.”

2. Dukungan dari Walisantri

Santri yang berada di pesantren sedang dididik agar mandiri dan disiplin. Walisantri dapat kerja sama mendukung program yang pesantren jalankan. Seperti halnya, penjengukan santri, di Pesantren Ibnu Syam jadwal penjengukan santri adalah sebulan sekali.

Walisantri dapat menjalankan aturan dengan tidak terlalu memanjakan anaknya. Namun, walisantri bekerja sama dengan saling mendukung, agar anaknya belajar sabar dan syukur, serta keikhlasan hati.

Tentu saja karena harapan semuanya. Semoga para santri ini menjadi para pemimpin dunia yang hebat di masa yang akan datang. Membawa akhlak Al-Qur’an nya, agar mampu melewati berbagai rintangan kehidupan dengan baik.

Perlu diketahui, bahwasanya tidak ada orang sukses yang terlahir dari zona nyaman, melainkan mereka berkecamuk di zona tidak nyaman. Oleh karenanya, para santri harus keluar dari zona nyaman, untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.

Mari kita kerja sama untuk menjalankan visi dan misi Pesantren Ibnu Syam. Semoga berjalan lancar dan mendapatkan ridho Allah SWT, aamiin.

Wallohu A’lam
Tim Media Pesantren Ibnu Syam

This article have

0 Comment

Leave a Comment