Sunday, 16 Nov 2025
  • Disinilah lahirnya para penghafal al-Qur'an yang fasih & rasikh
  • Disinilah lahirnya para penghafal al-Qur'an yang fasih & rasikh

Al-Qur’an: Rahmat dan Cahaya Kehidupan

Al-Qur’an Rahmat dan Cahaya Kehidupan

PESANTREN IBNU SYAMPada hari Ahad, 7 September 2025, Pesantren Ibnu Syam kedatangan tamu istimewa yaitu Dr. Ustadz Ahmad Bin Mohd Zaki Napalen (Mudir Madrasah Darul Maaref Satun, Thailand). Kali ini beliau memberikan motivasi dan pesan kepada para santri Pesantren Ibnu Syam, yaitu sebagai berikut:

Agama Islam hadir sebagai rahmatan lil-‘alamin (rahmat bagi seluruh alam semesta). Kehadiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam menjadi puncak karunia Allah subhanahu wa ta’ala bagi umat manusia.

Kehidupan Jahiliyah sebelum Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam

Sebelum Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam lahir, bangsa Arab hidup dalam zaman jahiliyah. Negara Arab tidak dikenal dunia, sebab saat itu yang terkenal untuk menuntut ilmu hanyalah di Romawi dan Persia. Kehidupan masyarakat Arab dipenuhi dengan minum arak, membunuh anak-anak, perlakuan kejam, dan merendahkan martabat manusia.

Namun, cahaya Islam itu hadir di bulan Rabi’ul Awwal, bulan kelahiran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Seperti namanya, rabi’, jika merujuk kepada nama musim, rabi’ maknanya adalah musim semi. Di musim semi inilah mulai tumbuh tunas-tunas baru dan berbunganya tanaman-tanaman, itulah lambang kebangkitan manusia dari kegelapan menuju cahaya.

Al-Qur’an Menghidupkan Jiwa

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 164:

لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ۝١٦٤

Artinya: “Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika (Dia) mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul (Muhammad) dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci (Al-Qur’an) dan hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an hadir untuk menghidupkan jiwa manusia.

Kitab suci ini terdiri dari 6.236 ayat dan 604 halaman, yang menjadi pedoman menuju insan kamil (manusia sempurna). Seorang insan kamil lahir ketika seluruh ayat Al-Qur’an bukan hanya dibaca, tetapi juga diamalkan dengan sepenuh hati.

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Qamar ayat 32:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ ۝٣٢

Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah memudahkan Al-Qur’an sebagai pelajaran. Adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”

Jawaban seorang mukmin sudah semestinya: “Ya Allah, aku akan membaca, menghafal, dan mengamalkan Al-Qur’an.” Dengan tekad itu, Allah subhanahu wa ta’ala akan membuka hati kita, sesuai janji-Nya, yaitu Dia memudahkan Al-Qur’an sebagai pelajaran.

Kunci Menghafal Al-Qur’an

Agar lebih mudah menghafal Al-Qur’an, ada dua kunci utama:

  1. Mencintai Al-Qur’an. Jika kita cinta pada Al-Qur’an, maka Al-Qur’an pun akan “mencintai” kita.

  2. Mengulang hafalan. Ulangi bacaan di manapun berada, kecuali di tempat yang tidak layak seperti kamar mandi.

Ustadz Napalen menjelaskan bahwa siapa yang dekat dengan Al-Qur’an, hatinya akan lebih tenang, langkahnya ringan, dan hidupnya lebih terarah.

Kisah: Sentuhan Al-Qur’an di Thailand

Dakwah Melalui Radio

Ustadz Napalen, seorang dai di Thailand, berdakwah melalui siaran radio. Meskipun Thailand beragam agama, siaran Al-Qur’an tetap diperbolehkan.

Hidayah untuk Seorang Wanita Non-Muslim

Kisah Hidayah: Tersentuh Lantunan Al-Qur’an di Gelombang Radio

Ada seorang wanita non-Muslim di Thailand yang suatu hari membuka radio untuk mencari lagu-lagu. Ia memutar-mutar gelombang hingga akhirnya berhenti pada siaran FM Al-Qur’an.

Awalnya ia sadar, yang ia dengar bukanlah lagu. Namun lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengalun menyentuh hatinya. Ia terus menyimak, dan setelah beberapa saat, hatinya tidak mau berpindah ke gelombang lain.

Meski bukan seorang Muslim, ayat-ayat suci itu mampu mengetuk hatinya. Setelah lantunan ayat selesai, siaran berlanjut dengan ceramah. Dari situlah ia baru tahu bahwa yang didengarkannya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam kitab suci umat Islam.

Tiga hari kemudian, ia bermimpi melihat sebuah jembatan. Jembatan itu memiliki tangga untuk naik, tetapi tidak ada tangga untuk turun. Di atas jembatan itu, ia melihat banyak orang yang menyeberang, semuanya berbusana Muslim; ada yang memakai kerudung, jubah, sorban, dan sarung.

Ketika terbangun, ia merenung. Ia yakin bahwa jembatan itu bukanlah jalan biasa, melainkan jalan menuju surga. Dan ia menyadari, tidak ada yang bisa melewati jalan itu kecuali orang Islam.

Karena di radio tersebut ada informasi kontak yang bisa dihubungi, akhirnya ia menelpon nomor tersebut. Ia bertanya alamat, lalu diarahkan untuk menemui Ustadz Ahmad Napalen.

Dengan sederhana, ia datang mengenakan celana jeans dan kaos. Ia mengungkapkan keinginannya untuk masuk Islam. Lalu ia dibimbing mengenakan pakaian yang lebih rapi sebagai tanda kesungguhan. Kemudian, ia membaca kalimat syahadat.

Itulah kekuatan Al-Qur’an. Siapa yang senantiasa melantunkannya, jiwanya akan semakin kuat. Sebaliknya, siapa yang lebih banyak disibukkan dengan lagu-lagu, jiwanya akan melemah.

Menjaga Tiga Pilar Agama

Agar agama tetap tegak, ada tiga hal yang harus dijaga:

1. Menjaga Kitab Suci

  • Islam: Al-Qur’an bukan hanya ada di masjid, tetapi juga di setiap rumah. Bahkan setiap anggota keluarga memiliki mushaf.

  • Agama lain: misalnya dalam Buddha, kitab suci hanya tersimpan di kuil, bahkan biksu pun tidak membaca semuanya.

Inilah sebab umat Islam kokoh, sedangkan agama lain melemah.

2. Menjaga Ulama

Ulama adalah pewaris para nabi. Menjaga ulama berarti menjaga cahaya ilmu dan hidayah.

3. Menjaga Masjid

Masjid adalah pusat ibadah dan peradaban. Selama masjid dijaga, Islam akan selalu hidup dan berkembang.

Penutup: Hidup Bersama Al-Qur’an

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat At-Taubah ayat 105:

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ ۝١٠٥
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”

Al-Qur’an adalah rahmat, cahaya, dan kekuatan jiwa. Siapa yang hidup bersama Al-Qur’an, maka hidupnya akan penuh keberkahan, hatinya akan tenang, dan jalan menuju surga akan terbuka.

Wallohu A’lam

Oleh Dewi Anggraeni / Tim Media Pesantren Ibnu Syam
Editor Ustadz Muhammad Isra Rafid, S.H

This article have

0 Comment

Leave a Comment