PESANTREN IBNU SYAM – Mukjizat adalah peristiwa yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada para nabi. Mukjizat adalah perkara yang di luar kebiasaan, bukan di luar akal. Peristiwa Isra dan Mi’raj adalah salah satu mukjizat agung yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan khusus untuk Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 1:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Makna kata اَسْرٰى di ayat tersebut adalah perjalanan di malam hari, namun, Allah SWT menambahkan juga kata لَيْلًا yang maknanya di malam hari. Ini bukan hanya asal pengulangan kata malam dalam ayat tersebut, akan tetapi, ulama menjelaskan makna لَيْلًا di sini artinya hanya sedikit malam saja, bukan satu malam.
Saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan peristiwa ini kepada kaum Quraish, banyak dari mereka yang murtad (keluar dari agama Islam), karena tidak percaya dengan peristiwa Isra Mi’raj. Padahal, kalau kita pahami, simpel saja, bahwa yang memperjalankan peristiwa tersebut adalah pemilik jagat raya ini Allah subhanahu wa ta’ala.
Peristiwa Isra Mi’raj ini ada, pasti, dan yang mengingkarinya kafir. Dalil tentang Isra telah dijelaskan di atas. Kemudian, dalil tentang Mi’raj dalam surat An-Najm ayat 14-18:
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى. عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰىۗ. اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰىۙ. مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى. لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى
Artinya: “(Yaitu ketika) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Nabi Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha dilingkupi oleh sesuatu yang melingkupinya. Penglihatan (Nabi Muhammad) tidak menyimpang dan tidak melampaui (apa yang dilihatnya). Sungguh, dia benar-benar telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang sangat besar.”
Allah subhanahu wa ta’ala ingin melihatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam tentang keagungan alam semesta. Bahkan Isra Mi’raj itu bukan hanya untuk melihatkan alam semesta saja. Sebab, untuk melihat keagungan alam semesta tidak mesti ke langit, cukup di bumi saja. Tapi, lebih hebat dari itu, taallumil baqa, ke tempat yang tidak bisa disentuh oleh makhluk yang punah. Malaikat Jibril saja tidak bisa.
Muntaha artinya ujung. Jadi Sidratul Muntaha adalah pembatas antara alam yang fana dan kekal. Di sana Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam diberikan kemuliaan bisa melihat Allah subhanahu wa ta’ala.
Peristiwa Isra Mi’raj merupakan karomah yang diberikan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam setelah nabi menghadapi berbagai macam ujian. Di antaranya dikucilkan oleh keluarganya, diembargo ekonominya, sampai nabi cuma makan dengan daun, dilempari dengan kotoran, dan puncaknya penopang internal nabi dan eksternal wafat. Penopang internal dan ekonomi adalah Siti Khodijah, penopang eskternal dan politik adalah Abu Thalib, keduanya wafat. Saat itulah siksaan, hinaan, dan upaya untuk membunuh nabi semakin menjadi-jadi.
Selama ini orang-orang tidak berani membunuh nabi, karena ada Abu Thalib yang menjadi bentengnya nabi, dan mereka segan ke Abu Thalib, karena masih bagian dari mereka. Setelah tidak ada lagi yang menjadi penopang dakwah nabi, beliau kemudian diusir dari Mekah, lalu nabi berusaha meminta bantuan kepada penduduk Thaif, karena di sana terdapat saudara sesusuannya nabi.
Akan tetapi, setelah datang di Thaif, penduduk Thaif tidak ada yang mau membantu nabi dan menerima dakwahnya, bahkan mereka berkumpul untuk mengusir nabi. Ada yang melempar nabi dengan batu dan kotoran, hingga kaki nabi berdarah. Lalu nabi pergi dan di pertengahan jalan saat di titik nabi bingung harus kemana, beliau dengan ikhlasnya dan berdoa semoga Allah subhanahu wa ta’ala tidak marah kepadanya.
Saat itulah, malaikat Jibril turun bersama malaikat penjaga gunung. Kata malaikat Jibril, “Allah tau apa yang kaummu lakukan kepadamu.” Kemudian malaikat penjaga gunung mengatakan, “aku tau apa yang mereka lakukan kepadamu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, kalau kau mau, izinkan, aku akan angkat dua gunung besar menimpakan mereka semua, lenyap dan habis semuanya.”
Tapi nabi melarangnya, lalu mengatakan, “jangan wahai para malaikat, saya berharap nanti keluar dari tulang rusuk mereka, orang-orang yang akan mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala, dan tidak lagi menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala.” Itulah rahmatnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, bukan hanya kepada umatnya yang beriman saja, tetapi juga kepada kaum kafir yang menghinakannya, bahkan saat ada kesempatan nabi bisa menghancurkan mereka kaum kafir, tapi nabi tidak lakukan itu.
Di saat kondisi sedih, sulit, dan mencekam seperti ini, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan hiburan dan kemuliaan kepada nabi dengan peristiwa Isra Mi’raj. Allah subhanahu wa ta’ala ingin memperlihatkan ayat-ayat-Nya dan keagungan-Nya di alam raya ini untuk lebih menguatkan hati Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Isra Mi’raj terjadi satu tahun sebelum nabi hijrah ke Madinah. Seolah-olah Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kejutan menarik buat nabi, agar jangan berlarut dalam kesedihan, bahwa penghinaan dari kaumnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan jagat raya ini.
Kemudian, tantangan nanti saat di Madinah akan lebih kompleks, yaitu menghadapi kaumnya dari berbagai suku dan agama. Namun melalui hijrah inilah, agama Islam sampai ke tempat kita, yang berkembang pesat dan mendunia.
Saat nabi tidur dibangunkan oleh Malaikat Jibril, dibawa ke sumur zam zam, kemudian dibelah dada nabi (ruh dan jasadnya), dari leher sampai pusar, diambilnya hati nabi. Lalu dimasukkan hati nabi ke dalam baskom emas dari surga, dibersihkannya hati nabi dengan air zam zam, dan dimasukkanlah ilmu serta hikmah ke dalam hati nabi. Setelah itu, dimasukkan kembali hatinya ke dalam dadanya dan ditutup kembali dadanya.
Hati nabi dibersihkan bukan karena hatinya kotor, melainkan Allah subhanahu wa ta’ala hendak menambah kekuatan dalam hati nabi untuk menghadapi tantangan yang lebih besar lagi.
Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala mendatangkan kendaraan burok, yang menjadi kendaraannya nabi selama perjalanan Isra Mi’raj. Melangkahnya burok yaitu sejauh mata memandang, karena saking cepatnya. Oleh karena itu, perjalanan Isra Mi’raj hanya sedikit malam saja.
Sesampainya di Masjidil Aqsha, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam disambut oleh para nabi yang berjumlah 124.000 dan semua rasul yang jumlahnya 313, tapi ada yang meriwayatkan 315. Kemudian Malaikat Jibril dan para nabi yang meminta Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjadi imam sholat.
Inilah yang menjadi alasan, mengapa saat Isra Mi’raj nabi harus transit dulu ke Masjidil Aqsha. Padahal Masjidil Haram dengan Baitul Ma’mur (langit ke tujuh) dan sidratil muntaha itu satu garis ke atas. Karena Allah subhanahu wa ta’ala ingin memuliakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan menjadi imam sholatnya para malaikat, nabi, dan rasul.
|| BACA JUGA : Pesantren Ibnu Syam Undang Rektor Univ. Syeikh Ahmad Kaftaru Damascus
Saat hati kita sudah yakin dengan adanya surga dan neraka, maka iman kita menjadi semakin mantap. Keyakinan ini timbul karena Nabi Muhammad SAW langsung melihat surga dan neraka saat Mi’raj ke Sidratul Muntaha.
Saat terjepitnya nabi, dalam suasana duka dari berbagai sebab, maka Allah SWT menghadirkan berbagai kejutan istimewa agar nabi dapat menghadapi semua tantangan tersebut. Hal ini tentu setelah melewati proses sabar, banyak berdoa, yakin kepada Allah subhanahu wa ta’ala, bahwa pasti Allah subhanahu wa ta’ala akan mengijabah doa-doanya.
Lanjut part 2 di sini.
Wallohu A’lam
Oleh Dewi Anggraeni / Tim Media Pesantren Ibnu Syam
Editor : Muhammad Isra Rafid
Leave a Comment