Sunday, 16 Nov 2025
  • Disinilah lahirnya para penghafal al-Qur'an yang fasih & rasikh
  • Disinilah lahirnya para penghafal al-Qur'an yang fasih & rasikh

Tafsir Surat Ar-Rum: Bahas Janji Allah ﷻ dan Keagungannya

Tafsir Surat Ar-Rum

PESANTREN IBNU SYAM – Pada hari Ahad, 11 Mei 2025 Pesantren Ibnu Syam mengadakan acara kajian bulanan di Masjid As-Salaam, Cilegon, dengan tema Tafsir Surat Ar-Rum. Pematerinya yaitu Dr. KH. Ahmad Slamet Ibnu Syam, Lc., M.A., Ustadzah Nabilah, Lc., M.Ag., dan Syekh Abdullah Al-Najjar.

Tafsir Surat Ar-Rum oleh Syeikh Abdullah Al-Najjar

Surat Ar-Rum diawali dengan ketakjuban dan diakhiri dengan keimanan dan keyakinan. Surat ini membahas tentang berita ghaib, fenomena alam, pergantian generasi manusia, dan tentang hari kiamat.

Tiga intisari penting dalam surat Ar-Rum di antaranya:

1. Allah Tidak akan Menyalahi Janji-Nya

Kekalahan Bangsa Romawi Timur (ahli kitab) oleh Bangsa Persia adalah peristiwa yang mendatangkan kesedihan bagi kaum muslimin.

Mengapa kaum muslimin ikut bersedih atas kekalahan Bangsa Romawi Timur atau kaum nasrani (ahli kitab) tersebut? Yaitu karena keduanya memiliki kedekatan emosional.

Kaum muslimin dan kaum nasrani itu sumbernya satu yaitu agama samawi yang bersumber dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Kemudian, musyrikun dan majusi, mereka memiliki kedekatan emosional juga, sama-sama menganut kemusyrikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Berdasarkan peristiwa tersebut, kaum kafir Quraish mengejek kaum muslimin yang sedang bersedih hati. Oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan surat Ar-Rum ini sebagai janji Allah subhanahu wa ta’ala kepada kaum muslimin, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan memenangkan Bangsa Romawi Timur atas Bangsa Persia.

Kemenangan Bangsa Romawi Timur terjadi tujuh tahun setelah masa kekalahannya.

Hikmah dari ayat 3-7 ini, bahwa janji Allah subhanahu wa ta’ala itu pasti terjadi, dan kemenangan ada pada Allah subhanahu wa ta’ala. Meskipun terkadang janji Allah subhanahu wa ta’ala itu terlambat menurut hawa nafsu kita, akan tetapi semuanya akan berbalik kepada orang-orang yang bertakwa.

Tidak ada sesuatu apapun yang dapat menguatkan hati seorang mukmin, selain janji Allah subhanahu wa ta’ala.

2. Sunnatullah (Keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala)

Kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala karena beragama Islam. Kemudian, apabila kita menjauhi diri kita dari ajaran agama Islam, maka kita akan dihinakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Di ayat 4 surat Ar-Rum ini Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa tidak ada kuasa dan kekuatan, melainkan semuanya itu adalah milik Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian tidak ada sesuatu perencanaan, baik sebelum maupun setelah kejadian, melainkan atas izinnya Allah subhanahu wa ta’ala.

Di ayat ke 7, dijelaskan bahwa manusia mengetahui segala perkara dunia, tapi dengan perkara akhirat mereka lalai. Mereka pandai dalam urusan dunia, bagaimana cara membangun istana, akan tetapi mereka bodoh dalam membangun kubur.

Penjelasan ayat 8 dan 9, mengajak kita merenungi bagaimana keadaan orang-orang terdahulu kita, bagaimana bergantinya zaman, menumbuhkan bumi yang tadinya kering kerontang tidak ada kehidupan, dan bagaimana pergantian siang jadi malam, kemudian malam jadi siang.

3. Mengimani Fenomena Alam Semesta

Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan kalimat وَمِنْ اٰيٰتِهٖ (di antara tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya) dalam surat Ar-Rum kurang lebih sebanyak enam kali.

Allah subhanahu wa ta’ala dalam pengulangan tersebut bukan hanya menyebutkan alam ini sebagai makhluk semata, melainkan Allah subhanahu wa ta’ala ingin hamba-Nya mengambil pelajaran atas kebesaran, kuasa, dan rahmat-Nya, serta agar hamba-Nya bertambah keimanannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Fenomena alam yang menakjubkan yaitu manusia yang terbuat dari tanah, kemudian mereka tersebar ke seluruh dunia. Dari fenomena alam ini memberikan pelajaran kepada yang angkuh, bahwa mereka hanya manusia yang terbuat dari tanah, barang yang hina.

Sedangkan Allah subhanahu wa ta’ala Sang Pencipta adalah dzat yang Maha Agung, oleh karenanya, selain-Nya jadi tidak layak sombong, walau hanya setitik debu.

Tadabbur Surat Ar-Rum Ayat 21

Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan pasangan dari jenis kalian, dan menjadikan keduanya memiliki rasa cinta dan kasih sayang.

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan Siti Hawa dari tulang rusuknya Nabi Adam alaihis salam. Alasannya karena agar Siti Hawa selalu dekat dengan hatinya Nabi Adam alaihis salam.

Pernikahan bukan hanya ritual akad semata, tapi dari pernikahan itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala. Istri adalah tempat kembali, ketenangan, dan ketenteramannya suami.

Mungkin cinta bisa hilang, tapi kasih sayang itu akan tetap ada. Di lain kondisi kasih sayang yang melemah, kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengganti kasih sayang itu dengan mengumpulkan cinta di dalam hati mereka.

Rumah yang paling lemah adalah rumah yang tidak ada kasih sayang dan cinta di dalamnya. Pondasi kelanggengan rumah tangga yaitu cinta dan kasih sayang, juga kesholehan suami serta istri.

Keberlangsungan rumah tangga dibina dan dibentuk berdasarkan akhlak yang baik. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرَكُمْ لأهلِهِ

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya,” (HR Tirmidzi).

Kebaikan tidak aan didapatkan kecuali bergaul dengan orang baik. Cinta itu seringkali ada saat kondisi sehat, sedangkan, rasa sayang muncul ketika kondisi sulit, seperti tertimpa musibah atau usia lanjut.

Penciptaan Manusia

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia dengan jenis, bangsa, warna kulit tubuh, sidik jari, dan wajah yang berbeda-beda setiap orangnya, mungkin ada yang mirip, tapi di antara mereka pasti ada bedanya.

|| BACA JUGA : Kajian Tadabbur Al-Qur’an Juz 16

Penciptaan Langit dan Bumi

Seandainya saja matahari itu dijauhkan sedikit saja, maka bumi ini akan beku. Sebaliknya, seandainya saja matahari ini didekatkan sedikit saja, maka bumi akan hancur, karena panasnya matahari.

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan tujuh lapis langit. Lihat, bagaimana langit tercipta tanpa tiang atau penyangga apapun. Itu karena Allah subhanahu wa ta’ala yang menahan langit, sesuai dengan firmannya dalam Alquran surat Fatir ayat 41.

Manusia di zaman ini bila melihat matahari atau bulan, pasti takjub, yang mereka lakukan ambil teleskop untuk melihat keindahan bulan.

Orang beriman memandang dengan cara yang berbeda yaitu langsung tertuju kepada keagungan Allah subhanahu wa ta’ala.

Penyesalan di Akhirat

Dalam surat Al-Mu’minun ayat 99 dan 100, dijelaskan bahwa kaum kafir meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar dikembalikan lagi ke dunia dan beramal sholeh. Lihat, apa yang menghalanginya untuk menjadi orang sholeh, pada hakikatnya yaitu maksiat-maksiat yang mereka lakukan.

Maksiat ini akan menjadi titik hitam dalam hati, tapi noda ini akan bersih saat tobat. Namun, jika berkelajutan maksiatnya, maka hatinya di cap hitam yang membuat hatinya keras. Jika itu terjadi, maka ia tidak akan peduli lagi dengan perkara akhiratnya.

Barang siapa tidak menggunakan akalnya untuk berpikir, maka ia telah melewatkan tanda-tanda kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala, agar menjadi jalan untuk mengenal dan bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Lanjut Part 2 di sini.

Wallohu A’lam

Oleh Dewi Anggraeni / Tim Media Pesantren Ibnu Syam
Editor Muhammad Isra Rafid

This article have

0 Comment

Leave a Comment